Puisi OMBAK Laut Pantai Menghempas di Atas Batu
Aku suka segala tentangmu, terlebih saat pecah di batu-batu. Tentu dengan ukuran yang tak berlebihan. Saat begitu, kamu selalu membuatku terkesima. Ingin rasanya berada di hamparanmu dan menuliskan puisi sebait saja.
Menatapmu dan menulis puisi di waktu senja, adalah hal termanis yang kusuka. Lalu, perlahan-lahan kurebahkan tubuh lunglaiku. Merasakan setiap deburan dan gemeracak suara indahmu.
Setiap kali resah menghinggapiku, selalu kuusahakan untuk bertemu denganmu, agar terurai segala keresahan itu.
Aku juga senang saat engkau menerpa karang. Memecahkan diri sembari menyemburatkan. Satu dua titis membasahi wajahku.
Di saat itulah, sepertinya rasa cintaku semakin bertambah. Seolah ada tangan-tangan gaib yang menyentuh tubuhku.
Kini kutuliskan sebuah puisi. Walau tak indah, tapi kau jangan marah.
Kalau engkau bertanya rindu,
Rinduku tak pernah pudar.
Bahkan ia tumbuh seperti pohon
Yang terus mengakar.
Rindu pada deburanmu
Adalah rindu yang paling kusuka.
Sebab setelah itu kakiku akan melangkah
Menuju bibir pantai, tempatmu bermain manja.
Begitulah aku.
Selalu merindukan dencahmu,
Deburanmu, dan juga buih putih di atasnya.
Ada saja pesonanya. Selalu saja aku terkagum padanya. Di sela-sela hidupku, menghabiskan waktu bersamamu merupakan hal yang cukup indah.
Engkau adalah teman yang selalu menerima. Tempat mencurahkan rasa tanpa takut disela.
Ya, hari ini akupun rindu padamu ombak laut berwarna biru.
Satu hal yang tak mungkin terbayangkan adalah menjalani hidup tanpa ombak dan badai. Tak lagi ada ujian dan rintangan. Tapi semua itu kemustahilan.
Maka aku memilih untuk menyukai lukisan perahu yang melawan ombak lautan.
Atau yang terkurung dalam badai di lautan.
Sebab lukisan itu menggambarkan sebuah perjuangan. Memantik naluri kepahlawanan. Dan menghembuskan nafas prajurit di medan perang.
Ombak adalah kehidupan. Penuh tenaga, perjuangan, bahkan kegigihan. Di sanalah gemeretak kehidupan benar-benar terasakan.
Seandainya kehidupan ini tanpa ombak dan badai, maka kita semua akan menjadi orang-orang lemah.
Jiwapun menjadi pengecut. Selalu berlari mencari kedamaian semu. Tidak berani menghadapi angkara murka di dunia.
Dan aku, tak mau seperti itu.
Aku hanya ingin kau memahami.
Jika aku berhenti melangkah
Bukan berarti aku menyerah.
Jika aku duduk bersantai,
Bukan berarti aku dibelenggu
Oleh rantai kemalasan.
Aku sedang tak kemana-mana,
Sebab bagiku sebuah keindahan
Saat aku terpaku terpesona.
Bagaimana aku tak rindu
Sedangkan gemuruhmu begitu merdu?
Bagaimana aku tak terkesima
Sedangkan pecahmu sangatlah indah.
Engkau telah mendekapku
Dengan tangan-tangan kerinduan.
Memaksa jemariku menuliskan
Kata-kata yang tersusun menjadi puisi.
Orang mengatakan bahwa
Engkau hanyalah ombak di pantai.
Namun bagiku lebih dari itu.
Engkau adalah nyanyian alam
Yang bertasbih memuji dalam keagungan.
Kiriman Tuhan kepada semua insan
Agar memahami makna kebesaran.
Kamu tahu, aku terlalu mengharapkan
Seseorang yang sepertimu.
Apa adanya di hamparan waktu,
Menerima siapapun tanpa terkecuali,
Menghantam tanpa takut dibenci.
Atau terkadang memberi keindahan
Tanpa takut orang tak memperhatikan
Kecantikanmu.
Wahai ombak.
Bagaimana aku mengajarkan diri sendiri
Bahwa luasnya jiwa hanya bisa saat
Merendah pada sesama.
Tumbuhnya cinta
Hanya hadir saat kita memberikan keindahan
Walau tiada mata yang melihatnya.
Ya. Seperti dirimu.
Kau menjadi diri terindahmu.
Lalu entah bagaimana caranya
Hati kami tiba-tiba jatuh cinta
Pada dirimu, kemarin, hari ini, dan esok hari.
Aku bukannya tak ingin berkata,
Tapi begitu banyak hal yang ingin
Kuutarakan kepadamu.
Aku merindukan seseorang
Yang mencintaiku berkali-kali.
Seperti dirimu ombak,
Yang mencumbu pantai
Berkali-kali.
Dan terus kembali.
Sesungguhnya aku bisa hidup
Walaupun tanpa dia.
Tapi jika bisa bersamanya,
Kupikir bahagiaku bisa berlipat-lipat.
Apa yang menurutmu indah
Di hamparan dunia ini?
Apakah cinta? Ataukah rindu?
Bagiku bukan itu.
Indah itu saat duduk
Sedangkan mata melepaskan
Pandangannya_ pada ombak yang berdebur.
Lalu kuizinkan hatiku untuk berdebar.
Merasakan keindahan yang tak dibuat-buat,
Yang Tuhan kirimkan untuk semua manusia.
Sejujurnya aku adalah
Orang paling patah
Saat ombak datang membuncah.
Kakinya yang pelan-pelan berjalan
Dari jarak jauh di lautan.
Merayap amat perlahan
Hingga menuju tepi
Lalu bergulung-gulung
Pada akhirnya pecah juga
Menghempas di atas batu
Bagaikan hati seorang putri
Yang patah kala berpisah.
Tapi batu adalah yang paling mengerti
Apa yang mesti dilakukannya
Saat ombak memukul keras
Ia hanya diam tak membalas.
Aku pernah berteriak keras, pada pantai yang sepi. Tapi ia tak mendengarnya. Atau memang aku yang sudah gila, mengharap pantai mengerti perasaan.
Begitu juga dengan ombak. Ia memilih untuk berlalu. Pergi meninggalkanku. Walau pada akhirnya kembali lagi. Mungkin sekedar untuk mengejekku.
Kadang mereka mirip seperti kamu. Amat tega. Membiarkan diriku dengan segala rasa. Kalaupun datang kembali, hanya untuk melihat apakah aku masih hidup ataukah sudah mati.
Namun agak sedikit beda. Dan di sinilah aku menyenanginya.
Ombak di pantai selalu setia. Ia memilih untuk ada. Entah aku mengunjungi atau pergi darinya.
Maka aku memilih untuk berlama-lama, duduk di tepi pantai. Menyahuti teriakan ombak. Menatap tarian gelombang, ataupun sekedar menikmati celoteh burung camar.
Akan kutulis juga, puisi ombak untuk adik-adikku yang masih sekolah.
Rasanya tak adil. Membuat puisi hanya untuk mereka penikmat senja. Tidak.
Alangkah baiknya memberikan sesuatu untuk anak-anak, sebagaimana dulu kita diminta oleh Ibu Guru yang mulia, untuk membuatkan sebuah puisi. Dibacakan di kelas. Lalu mendapatkan nilai.
Hari inipun, ingin kubuat puisi ombak yang sederhana. Bukan karena apa-apa, sekedar pemberian kecil untuk adik-adik yang masih belajar.
Jika kulihat indahnya pantai
Tentu bahagiaku jatuh berderai
Ombak datang bergulung-gulung
Memecah kesunyian di tepi pantai.
Pohon kelapa berdiri tegar
Walau angin kencang menerpa
Karenanya udara terasa segar
Rasa nyaman sungguh terasa.
Perahu nelayan hilir mudik
Mencari nafkah ke lautan
Berharap mendapatkan ikan
Untuk dijual mendapatkan uang.
Indahnya ombak yang pecah
Menghantam keras pada batu
Bersemilir angin di pantai
Membuat diriku lelap terpaku.
Betapa indah alam semesta
Kulihat pantai dan tepiannya
Dan langit di ujung sana
Terlihat mereka saling jumpa.
.
.
Masih ingin kuungkapkan lagi. Puisi-puisi ombak dan deburannya. Namun biarlah engkau membaca lagi, puisi lainnya di bawah ini.
Menatapmu dan menulis puisi di waktu senja, adalah hal termanis yang kusuka. Lalu, perlahan-lahan kurebahkan tubuh lunglaiku. Merasakan setiap deburan dan gemeracak suara indahmu.
Setiap kali resah menghinggapiku, selalu kuusahakan untuk bertemu denganmu, agar terurai segala keresahan itu.
Aku juga senang saat engkau menerpa karang. Memecahkan diri sembari menyemburatkan. Satu dua titis membasahi wajahku.
Di saat itulah, sepertinya rasa cintaku semakin bertambah. Seolah ada tangan-tangan gaib yang menyentuh tubuhku.
Kini kutuliskan sebuah puisi. Walau tak indah, tapi kau jangan marah.
Daftar Isi
Puisi Ombak Laut Rindu
Puisi Ombak Kehidupan
Puisi Ombak Pantai
Puisi Ombak Cinta
Puisi Ombak Di Pantai
Puisi Ombak Menghempas Di Atas Batu
Debur Ombak Yang Mengucapkan Rindu
Memecah Di Tepi Pantai, Angin Berhembus Lembah Lembut
Puisi Ombak Laut Rindu
Puisi Ombak Kehidupan
Puisi Ombak Pantai
Puisi Ombak Cinta
Puisi Ombak Di Pantai
Puisi Ombak Menghempas Di Atas Batu
Debur Ombak Yang Mengucapkan Rindu
Memecah Di Tepi Pantai, Angin Berhembus Lembah Lembut
1. Ombak Laut Yang Kurindu
Kalau engkau bertanya rindu,
Rinduku tak pernah pudar.
Bahkan ia tumbuh seperti pohon
Yang terus mengakar.
Rindu pada deburanmu
Adalah rindu yang paling kusuka.
Sebab setelah itu kakiku akan melangkah
Menuju bibir pantai, tempatmu bermain manja.
Begitulah aku.
Selalu merindukan dencahmu,
Deburanmu, dan juga buih putih di atasnya.
Ada saja pesonanya. Selalu saja aku terkagum padanya. Di sela-sela hidupku, menghabiskan waktu bersamamu merupakan hal yang cukup indah.
Engkau adalah teman yang selalu menerima. Tempat mencurahkan rasa tanpa takut disela.
Ya, hari ini akupun rindu padamu ombak laut berwarna biru.
2. Ombak Adalah Kehidupan
Satu hal yang tak mungkin terbayangkan adalah menjalani hidup tanpa ombak dan badai. Tak lagi ada ujian dan rintangan. Tapi semua itu kemustahilan.
Maka aku memilih untuk menyukai lukisan perahu yang melawan ombak lautan.
Atau yang terkurung dalam badai di lautan.
Sebab lukisan itu menggambarkan sebuah perjuangan. Memantik naluri kepahlawanan. Dan menghembuskan nafas prajurit di medan perang.
Ombak adalah kehidupan. Penuh tenaga, perjuangan, bahkan kegigihan. Di sanalah gemeretak kehidupan benar-benar terasakan.
Seandainya kehidupan ini tanpa ombak dan badai, maka kita semua akan menjadi orang-orang lemah.
Jiwapun menjadi pengecut. Selalu berlari mencari kedamaian semu. Tidak berani menghadapi angkara murka di dunia.
Dan aku, tak mau seperti itu.
3. Ombak Pantai
Aku hanya ingin kau memahami.
Jika aku berhenti melangkah
Bukan berarti aku menyerah.
Jika aku duduk bersantai,
Bukan berarti aku dibelenggu
Oleh rantai kemalasan.
Aku sedang tak kemana-mana,
Sebab bagiku sebuah keindahan
Saat aku terpaku terpesona.
Bagaimana aku tak rindu
Sedangkan gemuruhmu begitu merdu?
Bagaimana aku tak terkesima
Sedangkan pecahmu sangatlah indah.
Engkau telah mendekapku
Dengan tangan-tangan kerinduan.
Memaksa jemariku menuliskan
Kata-kata yang tersusun menjadi puisi.
Orang mengatakan bahwa
Engkau hanyalah ombak di pantai.
Namun bagiku lebih dari itu.
Engkau adalah nyanyian alam
Yang bertasbih memuji dalam keagungan.
Kiriman Tuhan kepada semua insan
Agar memahami makna kebesaran.
4. Puisi Ombak Cinta
Kamu tahu, aku terlalu mengharapkan
Seseorang yang sepertimu.
Apa adanya di hamparan waktu,
Menerima siapapun tanpa terkecuali,
Menghantam tanpa takut dibenci.
Atau terkadang memberi keindahan
Tanpa takut orang tak memperhatikan
Kecantikanmu.
Wahai ombak.
Bagaimana aku mengajarkan diri sendiri
Bahwa luasnya jiwa hanya bisa saat
Merendah pada sesama.
Tumbuhnya cinta
Hanya hadir saat kita memberikan keindahan
Walau tiada mata yang melihatnya.
Ya. Seperti dirimu.
Kau menjadi diri terindahmu.
Lalu entah bagaimana caranya
Hati kami tiba-tiba jatuh cinta
Pada dirimu, kemarin, hari ini, dan esok hari.
5. Ombak di Pantai
Aku bukannya tak ingin berkata,
Tapi begitu banyak hal yang ingin
Kuutarakan kepadamu.
Aku merindukan seseorang
Yang mencintaiku berkali-kali.
Seperti dirimu ombak,
Yang mencumbu pantai
Berkali-kali.
Dan terus kembali.
Sesungguhnya aku bisa hidup
Walaupun tanpa dia.
Tapi jika bisa bersamanya,
Kupikir bahagiaku bisa berlipat-lipat.
6. Nyanyian Ombak di Pantai Senja
Apa yang menurutmu indah
Di hamparan dunia ini?
Apakah cinta? Ataukah rindu?
Bagiku bukan itu.
Indah itu saat duduk
Sedangkan mata melepaskan
Pandangannya_ pada ombak yang berdebur.
Lalu kuizinkan hatiku untuk berdebar.
Merasakan keindahan yang tak dibuat-buat,
Yang Tuhan kirimkan untuk semua manusia.
7. Puisi Ombak Yang Menghempas
Sejujurnya aku adalah
Orang paling patah
Saat ombak datang membuncah.
Kakinya yang pelan-pelan berjalan
Dari jarak jauh di lautan.
Merayap amat perlahan
Hingga menuju tepi
Lalu bergulung-gulung
Pada akhirnya pecah juga
Menghempas di atas batu
Bagaikan hati seorang putri
Yang patah kala berpisah.
Tapi batu adalah yang paling mengerti
Apa yang mesti dilakukannya
Saat ombak memukul keras
Ia hanya diam tak membalas.
Aku pernah berteriak keras, pada pantai yang sepi. Tapi ia tak mendengarnya. Atau memang aku yang sudah gila, mengharap pantai mengerti perasaan.
Begitu juga dengan ombak. Ia memilih untuk berlalu. Pergi meninggalkanku. Walau pada akhirnya kembali lagi. Mungkin sekedar untuk mengejekku.
Kadang mereka mirip seperti kamu. Amat tega. Membiarkan diriku dengan segala rasa. Kalaupun datang kembali, hanya untuk melihat apakah aku masih hidup ataukah sudah mati.
Namun agak sedikit beda. Dan di sinilah aku menyenanginya.
Ombak di pantai selalu setia. Ia memilih untuk ada. Entah aku mengunjungi atau pergi darinya.
Maka aku memilih untuk berlama-lama, duduk di tepi pantai. Menyahuti teriakan ombak. Menatap tarian gelombang, ataupun sekedar menikmati celoteh burung camar.
8. Puisi Ombak Lautan Untuk Anak-Anak Sekolah
Akan kutulis juga, puisi ombak untuk adik-adikku yang masih sekolah.
Rasanya tak adil. Membuat puisi hanya untuk mereka penikmat senja. Tidak.
Alangkah baiknya memberikan sesuatu untuk anak-anak, sebagaimana dulu kita diminta oleh Ibu Guru yang mulia, untuk membuatkan sebuah puisi. Dibacakan di kelas. Lalu mendapatkan nilai.
Hari inipun, ingin kubuat puisi ombak yang sederhana. Bukan karena apa-apa, sekedar pemberian kecil untuk adik-adik yang masih belajar.
8.1 Oh Pantai, Indahnya Ombakmu
Jika kulihat indahnya pantai
Tentu bahagiaku jatuh berderai
Ombak datang bergulung-gulung
Memecah kesunyian di tepi pantai.
Pohon kelapa berdiri tegar
Walau angin kencang menerpa
Karenanya udara terasa segar
Rasa nyaman sungguh terasa.
Perahu nelayan hilir mudik
Mencari nafkah ke lautan
Berharap mendapatkan ikan
Untuk dijual mendapatkan uang.
8.2 Ombak Pecah
Indahnya ombak yang pecah
Menghantam keras pada batu
Bersemilir angin di pantai
Membuat diriku lelap terpaku.
Betapa indah alam semesta
Kulihat pantai dan tepiannya
Dan langit di ujung sana
Terlihat mereka saling jumpa.
.
.
Masih ingin kuungkapkan lagi. Puisi-puisi ombak dan deburannya. Namun biarlah engkau membaca lagi, puisi lainnya di bawah ini.